Wednesday, November 15, 2017

#42 Tempat Penitipan Anak

Halo, apa kabar nak?
Hari ini sudah seminggu lebih kamu masuk tempat penitipan anak (TPA). Masuknya dari pagi sampai sekitar jam 1 siang. Setiap diantar ke sana, kamu pasti menangis dan memohon tidak mau. Tetapi kalau sudah masuk, kamu akhirnya asyik main juga. Dan yang paling sering dilakukan adalah makan.

Sebenarnya bukan keputusan yang mudah untuk menitipkan kamu. Bapak dan Ibu berdiskusi dan merasa kamu perlu merasakan berpisah sebentar dengan ibu dan berinteraksi dengan orang lain. Perlu kamu tahu, setiap kamu dititipkan Ibu juga merasa sedih. Ibu mulai mencari-cari kegiatan mulai dari maskeran, baca buku, sampai senam. Tujuannya agar saat kamu pulang, ibu sudah lebih fresh dan siap bermain dengan kamu.

Kamu dititipkan bukan karena kamu mengganggu atau karena kami ingin menjauh darimu, melainkan sebuah proses pengenalan bahwa dunia itu luas dan kamu akan selalu punya rumah dan keluarga untuk pulang

Tuesday, May 2, 2017

#41: Rasa Takut

Halo, Dek! Apa kabar?

Dua minggu lalu, kita berenang di Sungai Kinarum. Kinarum itu terletak di Kecamatan Upau, kira-kira 45 menit perjalanan dari rumah kita di Tanjung. Kami bawa kamu ke sana soalnya Ibuk kekeuh banget pengen bawa kamu berenang. Udah lama ga main air, katanya. Tadinya Ibuk ngajak berenang di kolam renang Hotel Aston, tapi Bapak ga mau, kurang seru, kurang jauh juga. Mending di Kinarum, sekalian jalan-jalan.

Tahun lalu sebenernya kita pernah ke sini, tapi waktu itu sungainya lagi banjir. Deres dan keruh banget airnya, ga mungkin dipake berenang. Untunglah, minggu lalu debit aernya lagi normal, warnanya jernih, arusnya ga terlalu deres.

Bapak yang bertugas nemenin kamu berenang, soalnya Ibuk lupa bawa baju ganti, jadi dia nunggu di pinggir sambil motretin kita. Awalnya, kamu megangin Ibuk terus, dan cuma mau nyelupin kaki di bagian yang paling dangkal di pinggir. Kalau Bapak ajak ke tempat yang lebih dalem, kamu berontak sambil megangin celana Ibuk.

Bulan lalu, waktu kita ke Balikpapan, kamu juga nunjukin rasa takut waktu kami bawa ke pantai. Kami pikir kamu bakal seneng main ombak sama pasir, taunya kamu malah nangis, akhirnya setelah ga berapa lama di pantai, kami putusin untuk pulang ke hotel aja. Menurut kami itu agak aneh, karena kamu itu anak yang seneng main air, bahkan kegiatan favoritmu waktu bayi adalah mandi. Mungkin karena kamu udah lama ga main air kali ya.

"Yah, kok takut lagi sih? Perasaan dulu seneng banget berenang," kata Bapak.

"Sabar. Pelan-pelan, nanti juga mau," kata Ibuk.

Ternyata bener, meski agak lama, pelan-pelan kamu mulai menikmati main air. Mulai dari nyiprat-nyipratin air ke muka Ibuk, ngelepasin pegangan dari celananya, sampe akhirnya kamu mulai mau Bapak gendong ke tempat yang lebih dalem. Lama-lama, rasa takutmu udah ilang sama sekali. Malah kamu pengen berlama-lama di bagian yang lebih dalem dengan aliran air yang lebih deres. Bapak yang megangin mulai capek, kamunya malah ga mau berenti.

Bapak seneng kamu udah berhasil ngalahin rasa takutmu. Rasa takut tu emang gitu, Dek, kalau ga dihadepin keliatannya gede dan kuat banget, tapi begitu dihadepin ternyata biasa aja. Semakin kamu dewasa, bakal makin banyak hal yang bikin kamu takut. Kalau Bapak bilang, jangan pernah merasa takut, itu naif, karena Bapak dan Ibuk sampai saat ini juga punya hal-hal yang kami takuti. Lagipula, rasa takut itu tak selalu buruk, karena ia membuatmu waspada.

Kamu boleh merasa takut, karena itu wajar dan manusiawi. Tapi jangan terlalu berlebihan, apalagi sampai membiarkan rasa takut itu mengendalikanmu. Karena seperti kata Master Yoda, rasa takut membuatmu marah, rasa marah membuatmu membenci, dan kebencian membuatmu menderita.

Kalau rasa takut itu membuatmu tersiksa, tenang, selalu ada Bapak dan Ibuk di sisimu.

Monday, January 9, 2017

#40: Aktualisasi Diri

Halo! Apa kabar, Dek?

Waktu kelak kamu udah bisa baca tulisan ini, kira-kira kamu masih inget ga ya kapan foto di atas diambil? Itu foto dua hari yang lalu, Dek, waktu kita jalan-jalan berdua keliling Tanjung.

Ibuk ke mana? Ibuk kerja. Dia sedang ngisi materi parenting untuk para orangtua murid di salah satu PAUD di Tanjung. Karena dia harus fokus ngasih materi, Bapak dapet tugas buat nemenin dan ngejaga kamu untuk beberapa jam.

"Temenin Adek ya, pokoknya gimana caranya supaya dia ga rewel," katanya.

"Enggih, siap, Nyonya," jawab Bapak.

Maka, setelah nganter Ibuk dan kalian dadah-dadahan dan saling melempar kiss bye, Bapak ngajak kamu ke minimarket. Kita belanja roti sama Susu Ultra buat amunisimu beberapa jam ke depan.

Di rumah, Bapak masukin susunya ke dalam botol. Tapi alih-alih diminum, kamu malah mainin dotnya, dicubitin dan diteken-teken sampe beberapa kali dotnya mendelep ke dalem. Untung, rotinya kamu makan dengan lahap. Akhir-akhir ini kamu lagi hobi makan roti, mungkin karena sedang bosen makan nasi.

Setelah sekitar 1 jam nonton TV dan ngeliatin video-video kucing di Instagram, kamu mulai nunjukin tanda-tanda ga betah. Kamu manyun dan bilang "Buu... Buuu." Artinya, kamu bosen sekaligus kangen Ibuk.

Gawat ini, pikir Bapak. Sebelum kamu mulai membik-membik nangis, Bapak mutusin buat ngajak kamu jalan-jalan aja. Begitu masuk mobil, seperti biasa, kamu girang. Sepanjang jalan, selain nyetelin lagu-lagu Sigur Ros dan Franz Ferdinand, Bapak harus berkali-kali nyanyi lagu Topi Saya Bundar biar kamu ga bosen. 

Alhamdulilah, sampe Ibuk akhirnya ngabarin kalo kerjaannya udah beres dan minta dijemput, kamu sama sekali ga rewel.

"Lapor, Nyonya, misi berhasil!" kata Bapak. Dan kita bertiga tepuk tangan.

Dek, ini bukan pertama kali Bapak nemenin kamu karena Ibuk kerja. Dua bulan yang lalu, Bapak nemenin kamu waktu Ibuk ada proyek rekrutmen di Banjarmasin. Minggu lalu, kita jalan-jalan berdua liatin sapi makan rumput di Barabai karena Ibuk ada proyek rekrutmen di kantor BPJS.

Minggu depan, Ibuk ada proyek lagi buat ngasih materi parenting di Tabalong Islamic Center dengan peserta yang jauh lebih banyak. Jadi kita bakal jalan-jalan berdua lagi dengan waktu yang lebih lama.

Kamu mungkin nanya, kenapa baru sekarang Ibuk bekerja? Kenapa ga dari dulu? Sebelum kamu lahir, kami sepakat, Ibuk bakal fokus full-time mengurusi tumbuh kembangmu sampai usiamu paling tidak mencapai setahun. Artinya, selama satu tahun dia akan jadi ibu rumah tangga.

Itu adalah kesepakatan kami berdua. Jadi bukan Bapak yang ngelarang Ibuk untuk kerja sebelum umurmu setahun. Bapak ga akan pernah menghalangi Ibuk untuk kerja kalau Ibuk emang pingin kerja. Karena Bapak tau, Ibuk bukan tipe orang yang betah diem. Dia harus melakukan sesuatu, harus berkarya.

Makanya, sekarang Bapak seneng dan sangat mendukung kalau Ibuk mulai banyak melakukan kegiatan, entah itu rekrutmen, memberikan materi, konseling, atau apa pun yang berhubungan dengan ilmu psikologinya.

Karena yang Bapak yakini, orang bekerja itu bukan sekadar perkara uang, tapi juga aktualisasi diri.

Iya, Dek, aktualisasi diri. Bapak percaya, semua orang, baik itu laki-laki atau perempuan, punya hak yang sama untuk mencapai apa pun yang menjadi impiannya, dan punya kesempatan yang sama untuk menjadi apa pun yang mereka mau, tanpa tekanan dan paksaan dari siapa pun.

Tapi, bukan berarti jadi ibu rumah tangga lantas tidak bisa mencapai aktualisasi diri ya. Menjadi ibu rumah tangga adalah bentuk aktualisasi diri seseorang, jika keputusan itu memang benar-benar datang dari dirinya sendiri.

Kamu perempuan, Dek, kamu bisa jadi apa pun yang kamu mau. Kalau kelak ada yang bilang kamu ga bisa jadi ini itu atau ga bisa mencapai ini itu hanya karena kamu seorang perempuan, jangan didengerin. Maju aja.

Bingung ya? Nanti kita diskusi langsung aja deh perkara aktualisasi diri ini. Sambil kencan berdua lagi ya kita, keliling-keliling kota entah di mana kelak kita akan tinggal.

Daah. Muwah.