Sunday, July 8, 2018

#43: "Bapak, Ibuk, kok Marah-marah Terus?"

Halo, Nana! Apa kabarmu hari ini? Masih gembira dengan hidupmu? Atau sudah mulai merasa bahwa hidup ini begitu melelahkan dan suram sehingga membuatmu ingin mendekam dalam kamar seharian? Tak apa, hidup memang begitu, nikmati saja sebisamu.

Nak, lewat surat ini Bapak ingin minta maaf karena belakangan ini sering memarahimu, melotot, bahkan kadang sampai membentakmu sampai kamu nangis. Bukan hanya Bapak, Ibu juga belakangan ini kulihat beberapa kali memarahimu. Namun itu bukan berarti kami tidak menyayangimu. Sama sekali bukan.

Tindakan kami memarahimu menandakan bahwa kami manusia biasa, bukan malaikat atau robot yang bisa dengan sempurna menata emosi. Perkembanganmu belakangan ini kian pesat. Selain hal-hal menyenangkan yang timbul dari dalam dirimu, ada juga beberapa hal yang membuat kami kesal.

Misal, dengan sengaja ngelepehin nasi di atas karpet, atau iseng narik taplak meja sampe barang-barang di atasnya hampir jatuh, atau setelah mandi lari ke depan tivi sebelum dihandukin dan dipakein baju. Kami paham, semua itu adalah hasil dari perkembangan otak dan tubuhmu, dan kamu mungkin sama sekali tidak berpikiran untuk membuat kami repot dalam melakukan itu. Tapi tetap saja, dek, kadang kami capek.

Kami orang dewasa ini sudah kelewat banyak yang dipikirin di kepala. Pusing keuangan, pusing masalah kerjaan, pusing masa depan, pusing biaya pendidikan, dan pusing-pusing lainnya yang mati satu tumbuh sepuluh ribu. Liat kelakuanmu yang bertabrakan dengan konsep keteraturan dan kedisiplinan membosankan khas orang dewasa yang kami miliki, kadang bikin makin sakit kepala.

Tapi, ya, itulah, sekali lagi, kami cuma manusia. Kami ga bisa selalu senyum tiap detik, selalu berpikir positif dan tertawa riang tiap kamu ngelakuin hal-hal yang memang nyebelin. Kami bukan orangtua yang sempurna, dan kamu pun bukan anak yang sempurna. Karena sekali lagi, Bapak, Ibuk, dan kamu adalah manusia. Ketidaksempurnaan adalah ciri khas kita.

Namun, tenang, dengan status kita sebagai manusia tidak lantas membuat kami menjadikannya pembenaran untuk terus ngomel-ngomel kepadamu. Kami juga terus berproses untuk menjadi orangtua yang lebih baik. Caranya? Dengan lebih sabar, menata emosi, dan hal-hal manis lainnya. Dan kami harap kamu juga bisa terus belajar untuk menjadi anak yang lebih baik. Sama-sama belajar, oke?

Udah ah segitu dulu. Ciao!