Saturday, February 6, 2016

#15: Poster-poster yang Berisi Informasi Penting Tentangmu

Halo! Apa kabar, Dek Rana? 

Jadi ceritanya, sebelum usiamu satu bulan, ibumu ngasih liat beberapa gambar seorang bayi yang dilengkapin data-data pribadinya yang diupdate tiap bulan. Data-data sederhana kayak berat dan tinggi badan, gerakan motorik kasar dan halus apa aja yang udah bisa dilakuin, dan lain-lain. Nah, ibumu minta aku buat bikinin hal yang sama buatmu.

Akhirnya, berbekal kamera poket dan kamera hape yang kualitasnya rata-rata, ditambah kemampuan CorelDraw seadanya, jadilah semacam poster di bawah ini.

Ini waktu umurmu 1 bulan:

Ini waktu 2 bulan. Beratmu cepet banget naik! Sekarang aja, belum sampai dua minggu semenjak aku bikin poster di bawah ini, beratmu udah nyampe 6 kilo!

Kita liat aktivitas-aktivitas apa lagi yang bakal kamu capai di bulan ketiga. Semoga aku bisa terus bikin poster-poster kayak gini, seenggaknya sampe umurmu 1 taun. Yah, itu juga kalau ga males sih. Wkwk.

#14: Tentang Namamu dan Panggilan Bapak-Ibu

Halo, Dek Rana! Sekarang aku mau cerita tentang namamu, dan kenapa kami ingin kamu panggil dengan sebutan bapak dan ibu, bukan yang lain.

1. Kirana Lintang Utara

Shakespeare, seorang sastrawan dari Inggris pernah bilang, "Apa artinya sebuah nama?". Ucapannya itu sering diartikan bahwa nama adalah sekadar nama, ga ada makna khusus di dalamnya. Tapi, dalam budaya Timur, ada ungkapan bahwa nama adalah doa. Aku setuju yang kedua. Ngasih judul karya seperti buku atau album musik atau sekadar judul postingan blog aja kita ga bisa sekenanya, apalagi nama anak, kan?

Nah, jauh-jauh hari sebelum kamu lahir, kami udah nyiapin nama untukmu. Beberapa tahun belakangan, orang Indonesia suka ngasih nama anaknya dengan nama-nama yang aneh dan sulit dieja. Biasanya dari bahasa Arab, Turki, Yunani, Ibrani, atau entah dari mana lagi. Contohnya, liat aja nama-nama sepupumu. Hehehe.

Hal pertama yang kami sepakati adalah kami ingin memberimu nama yang berbau Jawa atau Indonesia. Kenapa? Pertama, karena kami berdua orang Jawa, dan kami ingin anak kami punya identitas kejawaan atau keindonesiaan yang melekat pada namanya. Kedua, nama yang berbau Jawa atau Indonesia itu terasa lebih akrab di telinga kami, sekalian sedikit-sedikit melestarikan nama lokal lah. Ciyeee.

Maka, waktu tau jenis kelaminmu perempuan, kami mulai ngutak-atik kombinasi beberapa nama. Aku ngusulin nama Saraswati atau Gayatri, tapi ibumu kurang setuju. Lalu kami sempet hampir sepakat ngasih kamu nama Kala Langit Biru, nama yang kami siapkan kalau punya anak laki-laki. Tapi, karena beberapa alesan, ga jadi kami pake.

Akhirnya nama Lintang Utara muncul. Kami suka dengan nama itu. Mungkin karena kami sama-sama abis baca novel "Pulang" karya Leila Chudori, di mana salah satu tokohnya bernama Lintang Utara. Singkat cerita, kami mantap dengan nama itu.

Lintang artinya bintang dalam Bahasa Jawa. Jadi, namamu artinya bintang yang berada di utara. Dalam Bahasa Inggris, bintang utara dikenal dengan nama Polaris. Si Polaris ini adalah bintang yang unik, karena posisinya tepat berada sejajar dengan titik utara poros Bumi. Jadi, Polaris akan selalu berada tepat di langit bagian utara. Karena posisinya itu, Polaris dari zaman dulu dijadiin patokan arah buat para nelayan dan pengelana.


Sedangkan Kirana, itu diambil dari Bahasa Sansakerta, yang diserap ke dalam Bahasa Jawa, artinya cahaya. Jadi, Dek Rana, namamu artinya adalah cahaya dari bintang utara, sebuah bintang yang berjarak ratusan tahun cahaya dari sini, tapi udah sejak lama ngasih petunjuk arah untuk manusia.

Seperti kubilang di atas, nama adalah doa. Kira-kira doa macam apa yang kami panjatkan dari namamu itu? Coba kamu cari sendiri. Mudah-mudahan kamu udah cukup mampu memaknai namamu sendiri waktu baca tulisan ini kelak.

2. Bapak-Ibu

Kenapa kami minta dipanggil Bapak dan Ibu? Alasannya hampir sama dengan di atas. Karena Bapak dan Ibu (atau Ibuk, terserah kamu aja mau nulisnya gimana), adalah panggilan otentik milik orang Indonesia. Dan, ya, kami lebih nyaman dipanggil Bapak-Ibu dibanding panggilan-panggilan lainnya yang lebih terdengar fancy.

Itu juga kenapa kami lebih suka kamu manggil para saudara kami dengan panggilan pakdhe-budhe, paklik-bulik, atau paman-tante, karena itu terdengar lebih merdu di telinga kami. Tapi, yah, biar bagaimanapun, kamu harus perlakukan orang lain seperti bagaimana mereka ingin diperlakukan. Kalau mereka ingin kamu memanggil mereka dengan panggilan khusus, selama itu membuat mereka senang, lakukan aja. Asal, kalau sama kami tetap panggil Bapak-Ibu aja ya.

#13: Rambut

Halo! Apa kabar, Nak? Ah, sebenernya kami ga pernah manggil kamu dengan panggilan "nak", tapi "dek". Ga papa lah ya, terlanjur nama blognya begitu.

Dek Rana, di surat ini aku pengen cerita tentang rambutmu. Jadi, waktu lahir, rambutmu tu tebel banget. Gondrong. Orang-orang juga pada kagum sama rambutmu itu, yang anehnya ga keriting kaya rambut bapak dan ibuk. Kayak yang aku bilang sebelumnya, aku suka sama rambutmu, apalagi kalau abis mandi.

Gondrong, tapi kadang kayak Andika Kangen Band.        

Tapi, dalam tradisi Islam (dan Jawa mungkin), ada keharusan kalau seorang bayi yang baru lahir harus digundulin. Aku nolak kamu digundulin. Kalau ibumu sih selow-selow aja. Mau digundulin ga papa, enggak juga ga papa. Orang-orang bilang, rambut bayi yang baru lahir itu kotor. Kan bisa dikeramasin, kataku. Ya tetap aja kotor, kata mereka lagi.

Selama beberapa waktu, aku tetep ngeyel ga ngebolehin rambutmu dipotong. Tapi, lama-lama kasian juga liat kamu kayak kegerahan gitu sama rambutmu. Setelah tak pikir lagi, karena si Abah, Ambu, Yangkung, dan Yangtimu kekeuh nyuruh dipotong, akhirnya kubolehin juga. Akhirnya rambutmu dipotong setelah umurmu lebih dari sebulan. Ini foto-fotonya:



Ini kamu beberapa hari setelah digundulin:


Dan ternyata emang kulit kepalamu kotor. Ada benernya juga kenapa bayi harus digundulin, supaya kulit kepalanya bisa dibersihin dari kotoran dan debu. Itu foto-foto bulan kemarin. Sekarang sih rambutmu udah lebih banyak, walaupun ada pitaknya sedikit. Biarin, bentar lagi juga gondrong lagi. Horee!