Tuesday, January 27, 2015

#1: Halo!


Halo! Apa kabar, Nak? Ini surat pertama dariku, ayahmu. Aku dan ibumu berjanji untuk menulis surat-surat digital untukmu. Surat yang selain berfungsi sebagai sapaan hangat kami kepadamu dari masa lalu, juga sekaligus sebagai media untuk menjaga jiwa kami tetap benderang dengan cara menulis. Kau tahu, konon menulis adalah obat terbaik bagi jiwa. Tapi entahlah, mungkin kamu bisa menanyakannya pada ibumu. Ia seorang (calon) psikolog, pasti lebih paham masalah jiwa.

Ngomong-ngomong, aku senang bisa memulai menulis surat pertama ini. Ketahuilah, walaupun aku tidak pernah sekalipun menyebut diriku sebagai penulis, dulu menulis adalah bagian dari hidupku. Sepertinya dulu hampir setiap hari aku menulis. Tapi beberapa bulan (emm, mungkin tahun lebih tepatnya) ini, aku sudah sangat jarang menulis. Maksudku, menulis dari hati, menulis untukku dan orang-orang terdekatku.

Maka, Nak, terima kasih, karena kamu memberikan alasan lagi kepadaku untuk menulis. Walaupun pada saat menulis ini, kamu bahkan belum ada dalam kandungan ibumu. Tapi kami akan setia menunggumu, sembari terus menumpuk rasa cinta kami lewat surat-surat ini.

No comments:

Post a Comment