Halo! Apa kabar, Nak? Ini surat pertama dariku, ayahmu. Aku dan
ibumu berjanji untuk menulis surat-surat digital untukmu. Surat yang selain
berfungsi sebagai sapaan hangat kami kepadamu dari masa lalu, juga sekaligus
sebagai media untuk menjaga jiwa kami tetap benderang dengan cara menulis. Kau
tahu, konon menulis adalah obat terbaik bagi jiwa. Tapi entahlah, mungkin kamu
bisa menanyakannya pada ibumu. Ia seorang (calon) psikolog, pasti lebih paham
masalah jiwa.
Ngomong-ngomong, aku senang bisa memulai menulis surat
pertama ini. Ketahuilah, walaupun aku tidak pernah sekalipun menyebut diriku
sebagai penulis, dulu menulis adalah bagian dari hidupku. Sepertinya dulu
hampir setiap hari aku menulis. Tapi beberapa bulan (emm, mungkin tahun lebih
tepatnya) ini, aku sudah sangat jarang menulis. Maksudku, menulis dari hati,
menulis untukku dan orang-orang terdekatku.
Maka, Nak, terima kasih, karena kamu memberikan alasan
lagi kepadaku untuk menulis. Walaupun pada saat menulis ini, kamu bahkan belum
ada dalam kandungan ibumu. Tapi kami akan setia menunggumu, sembari terus
menumpuk rasa cinta kami lewat surat-surat ini.
No comments:
Post a Comment